1. Di dalam jemaat Antiokhia terdapat PENGINJILAN.
Dari terwujud dan disebutnya mereka orang percaya, murid Kristus yang mayoritas adalah pendatang dari jemaat Yerusalem akibat penganiayaan setelah Stefanus mati syahid bagi Tuhan, jelas sekali terlihat bahwa mereka adalah jemaat yang menginjil. Mereka menginjil melalui:
A. Memberitakan (ayat 19, 20) secara aktif, berbicara.
B. Penyertaan tangan Tuhan (ayat 21) sehingga pasti adanya manifestasi kuasa Tuhan (mujizat) yang nyata meneguhkan dengan bukti (Markus 16:20).
C. Kesaksian hidup (ayat 22, 26) keindahan, kuasa, keharuman Kristus tercermin dari aplikasi iman ke dalam kehidupan nyata, menyentuh dengan sikap dan perilaku kehidupan.
D. Penuh kasih karunia Allah (ayat 23), otoritas Tuhan nyata. Bandingkan dengan Efesus 2:8-10.
Tidakkah ini menjadi motto, target, doa dan visi kita dalam menuju ke GBI Antiokhia yang berkenan dan berguna bagi Tuhan dan sesama? Mari kita doakan dan imani.
2. Di dalam Jemaat Antiokhia terdapat PEMBINAAN.
Jemaat yang menginjil itu baik sekali dan bolehlah dijuluki sebagai jemaat yang sudah mengerti, mengemban dan melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus dalam Matius 28:19-20.
Namun kobaran semangat dan ambisi menginjil inipun akan lebih bermutu bilamana diimbangi dengan pembinaan, pengkaderan, peningkatan mutu, doktrinasi yang alkitabiah, pengajaran yang tepat, siap pakai, sesuai, bermutu sehingga kegiatan penginjilan tersebut dapat dilakukan dengan baik, mantap, langgeng, efektif dan berhasil.
Sedikitnya demi dan oleh maksud inilah, Tuhan campur tangan secara nyata dalam pembinaan mutu dan karakter iman jemaat Antiokhia saat itu. Berbeda dengan keadaan sebagian gereja masa kini yang mana sisi pembinaan atau pengajaran inilah yang boleh dikatakan sangat lemah dan sedikit sekali diperhatikan banyak gereja, sehingga tidaklah heran bilamana mendapati anggota gereja yang kompromi dengan dunia, iblis, tradisi dan dosa.
Hal ini serius dan berakibat serius pula, bila tidak disadari dan ditangani dengan baik. Bagaimana pula nasib jiwa - jiwa yang masih belum diselamatkan karena banyak bergugurannya orang Kristen akibat kurang diajar atau dibina? Imannya rapuh, lemah dan terancam. Mulai ayat 22 - 30, memperlihatkan kepada kita bagaimana jemaat Antiokhia saat itu dibina. Apa saja yang dibina, apa pula hasil pembinaannya, kita simak berikut ini:
A. Dibina menjadi jemaat yang baik (ayat 24).
Barnabas yang sebagai pembina yang diutus ke sana, disebut orang baik; maka dengan sendirinya menjadi orang baik. Inipun pasti tidak luput diajarkan kepada jemaat, bahkan disertai dengan kesaksiannya "karena Barnabas adalah orang baik". Tidakkah ini juga menjadi kerinduan dan target kita semua, agar kita menjadi orang Kristen yang dapat disebut baik?
B. Dibina menjadi jemaat yang penuh Roh Kudus (ayat 24).
Bukankah ini juga merupakan harapan, himbauan bahkan menjadi keharusan bagi setiap orang percaya, hidup penuh dengan Roh Kudus (Efesus 5:18; Galatia 5:16-26). Barnabas adalah orang yang penuh dengan Roh Kudus, maka pastilah dia juga membina jemaat untuk penuh dengan Roh Kudus. Mengerti, menyadari, merindukan dan mengalami hidup kristiani yang penuh Roh Kudus adalah suatu kemuliaan untuk hidup bermutu, bergairah, berfungsi, menang dan berhasil. Hal ini sering menjadi perdebatan dan selisih paham dari sebagian besar orang Kristen akibat salah ajaran, takut, tradisi, salah paham, apriori dan lain - lain, sehingga kebahagiaan terbesar dan kuasa serta pengalaman berharga ini terkendala diminati dan dinikmati oleh kita. Yang pasti, rugi besar selama hidup sebagai orang Kristen, bila tidak mendapatkan dan mengalami dipenuhi Roh Kudus.
C. Dibina menjadi jemaat yang penuh Iman (ayat 24).
Oleh iman kita mengalahkan dunia, oleh iman kita memindahkan gunung, oleh iman kita meraih dan mengalami kuasa mujizat Allah, oleh iman kita berkenan dan diselamatkan Tuhan, oleh iman dosa diampuni, oleh iman kita disembuhkan dan sebagainya. Namun kenyataannya, lebih sering rasio kita lebih berfungsi ketimbang iman yang bereaksi dalam aksi. Ingatlah <span className="italic">Ibrani 11:6</span>, "Tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah". Barnabas adalah orang yang penuh iman, tidaklah mungkin kalau beliau tidak mengajarkan, membina jemaat Antiokhia supaya penuh dengan iman.
D. Dibina menjadi jemaat yang memberi (ayat 29).
"Berilah dan kamu akan diberi." (Lukas 6:38). Pengertian dan penghayatan memberi ini bukan sekedar diajarkan bahkan dari hidup dan penyerahannya. Barnabas dan Saulus membahasakannya dalam tindakan dengan kerelaan mereka berada di Antiokhia. Pelajaran pengertian berkat atas ketaatan memberi, sungguh merupakan suatu kunci hidup berkelimpahan yang patut dan jangan diabaikan untuk diajarkan. Memberi dalam bentuk ucapan syukur, persepuluhan, diakonia, penginjilan dan sebagainya, hanya dapat dilaksanakan dengan baik dan setia bila jemaat dibina dan dimengertikan dengan bukti dan saksi, dengan landasan firman Allah.
E. Dibina menjadi jemaat yang beribadah, mengerti menyembah Tuhan dengan baik dan merasakan kehadiran Tuhan (Kisah Para Rasul 13:2).
Pembinaan terhadap jemaat perihal penyembahan dalam ibadah, pastilah sudah sangat berhasil; sehingga pasal 13 ayat 2 memperlihatkan kepada kita klimaks hasil penyembahan yaitu Roh Kudus beracara dengan leluasa, menyatakan kehendak Tuhan dan sebagainya. Penyembahan semacam ini mutlak menjadi keharusan dan kerinduan kita dalam ibadah. Kiranya kita membuka dan membiasakan diri dalam ibadah kita, menyembah Tuhan kita Yesus Kristus.
F. Dibina menjadi jemaat yang berdoa puasa.
Berdoa dan berpuasa sering tak terpisahkan. Berpuasa dibarengi dengan doa merupakan ajaran, kunci dan jalan bagi banyak orang percaya di segala abad untuk mereka mendapatkan pengertian atas kehendak Tuhan, pertolongan Tuhan, pernyataan kuasa kelepasan, kesembuhan dari Tuhan dan sebagainya. Tuhan Yesus, murid - murid, rasul - rasul, jemaat mula - mula, jemaat masa kini banyak yang dapat menjadi teladan dan jawaban untuk kita, bahwasanya dengan berpuasa mereka tertolong, dijawab, dipimpin dan diberkati Tuhan.
3. Di dalam jemaat Antiokhia terdapat PENGUTUSAN.
Jemaat Antiokhia adalah jemaat pertama yang melakukan tugas PI Pengutusan, bahkan penginjil yang berbobotlah yang diutus dalam pimpinan yang jelas dari Roh Kudus yaitu Barnabas dan Paulus.
Dampak pengutusannya ini sangat terasa dan terus bergema jemaat yang berhasil, berguna dan diberkati justru adalah jemaat yang berwawasan kerajaan Allah, berhati dan perasaan seperti Kristus, bersaksi dengan tekun dan setia terhadap Amanat Agung serta bersedia berkorban mengutus penginjil ke luar batas tembok gereja, organisasi, lintas budaya. Sejarah mencatat dan membuktikan, jemaat yang diberkati amat sangat dalam segala hal justru jemaat yang mengadakan pengutusan.
Itulah sekelumit hikmah, teladan dan kesaksian dari jemaat Antiokhia di masa Rasuli. Apakah itu semua masih dapat terlaksana di GBI Antiokhia? Mari kita iman doakan, tekuni, libatkan diri dan berikan respon yang positif.